Minggu, 17 April 2011

Tragedi Besar Dalam Stadion (Heysel & Hillsborough)

Tragedi Heysel
Tragedi Heysel terjadi pada tanggal 29 Mei 1985 di mana pada saat itu tengah terjadi pertandingan antara Liverpool dan Juventus di Piala Champions (saat ini Liga Champions). Peristiwa ini merupakan sejarah buram persepak bolaan Inggris pada tahun itu, karena saat itu klub-klub Inggris sedang jaya-jayanya. Karena peristiwa ini pula tim-tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat internasional selama 5 tahun lamanya. Peristiwa ini bermula dari fans masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum kick off kelompok hooligan Liverpool menerobos pembatas masuk ke wilayah tifosi Juventus. Tidak terjadi perlawanan karena yang berada di bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras. Pendukung Juventus pun berusaha menjauh namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding pembatas di sektor tersebut roboh karena tidak kuasa menahan beban dari orang-orang yang terus beruhasa merangsek dan melompati pagar. Ratusan orang tertimpa dinding yang berjatuhan. Akibat peristiwa ini sebanyak 39 orang meninggal dunia dan 600 lebih lainnya luka-luka.

Meskipun terjadi peristiwa yang mengenaskan dengan jumlah korban yang begitu besar, panitia memutuskan untuk terus melanjutkan pertandingan. Kick off dilakukan setelah kapten kedua kesebelasan meminta penonton untuk tenang. Alasan lain adalah untuk meredam atmosfer kerusuhan yang mulai menyebar. Tifosi Ultras Juventus di bagian lain stadion sempat akan melakukan pembalasan. Mereka mencoba untuk bergerak ke arah pendukung Liverpool namun berhasil dicegah satuan keamanan. Dengan dimulainya pertandingan maka suasana bisa mulai dikendalikan. Pertandingan itu sendiri dimenangi Juventus dengan hasil akhir 1 - 0.Michel Platini mencetak gol semata wayang Juventus dari titik penalti setelah Zbigniew Boniek dilanggar oleh pemain Liverpool.




Tragedi Hillsborough
Tragedi Hillsborough adalah tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton sepak bola karena saling berjejalan pada tanggal 15 April 1989 di Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield, Inggris. Peristiwa tersebut mengakibatkan 96 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool F.C.). Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya dan tetap menjadi rekor tragedi terbesar yang berhubungan dengan stadion sepak bola di Britania Raya.

Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest. Tragedi Hillsborough adalah peristiwa kerusuhan fans di stadion kedua yang melibatkan Liverpool F.C., setelah Tragedi Heyselpada 1985

Sabtu, 16 April 2011

Referensi Film-Film Hooligans [Free Downloads]










 































Sejarah Casual Style Hooligan



PENDAHULUAN
The Casual Subkultur merupakan subbagian dari budaya asosiasi sepak bola yang ditandai oleh hooliganisme sepak bola dan mengenakan pakaian desainer mahal Eropa. Subkultur berasal di Inggris pada akhir 1970-an ketika banyak hooligan mulai memakai label desainer dan olahraga mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai warna klub, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.

Genre musik populer di kalangan pekerja lepas di akhir 1970-an mencakup: kebangkitan kembali mod, postpunk, Oi! dan ska. Pada 1980-an, selera musik pakaian sederhana yang eklektik, dengan beberapa kelompok pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet dan Adam Ant. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak pekerja lepas bagian dari Madchester dan pujian adegan, dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop adalah sebuah crossover yang kuat dengan budaya rave, dengan banyak raver sepak bola memakai merek santai tapi menjauhkan dari hooliganisme sepakbola Madchester band kadang-kadang memakai pakaian kasual di panggung dan dalam foto publisitas, seperti yang dilakukan Britpop Blur seperti dalam video mereka untuk "Parklife ". Sejak itu, genre paling populer di kalangan pekerja lepas telah indie rock. 

SEJARAH
Pendukung sepakbola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion yang dipimpin kuat sejak munculnya Teddy Boys pada 1950-an pertengahan. Hal ini dilanjutkan dengan mods tahun 1960-an awal, skinhead dari akhir 1960-an kemudian, dan revivalis mod dari akhir 1970-an.

Subkultur santai dimulai pada akhir 1970-an setelah Liverpool FC penggemar memperkenalkan sisa Inggris untuk mode Eropa bahwa mereka diperoleh saat mengikuti Liverpool di Piala Eropa 1977 triwulan mereka final melawan Perancis St Etienne. Liverpool fans ini tiba kembali di Inggris dengan olahraga desainer mahal Italia dan Perancis, yang sebagian besar mereka dijarah dari toko-toko. Para fans membawa kembali banyak merek pakaian unik yang tidak pernah terlihat di negara ini sebelum. Segera penggemar lain berteriak-teriak untuk barang-barang langka dari pakaian, seperti Sergio Tacchini Lacoste atau kemeja, dan tidak biasa Adidas pelatih, yang masih berhubungan dengan pendukung Liverpool saat ini. Pada saat itu, banyak polisi masih pada mencari fans skinhead memakai sepatu Dr Martens.

label pakaian yang dipakai sangat sederhana pada tahun 1980 meliputi: Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas Originals, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa , Storm Peter, Reebok dan Slazenger. tren Fashion sering berubah, dan subkultur santai mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. 

1990-an dan 2000-an

Pada pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan, tapi lebih ke penekanan pada gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam kostum, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari para pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum dan Burberry terlihat di hampir setiap klub, serta gaya klasik favorit seperti Lacoste dan Paul & Shark. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap kostum kasual, karena cukup mengecoh perhatian polisi bahwa gaya santai seperti itu.

Casual fashion mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan musik Inggris bertindak seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual dalam video musik mereka. Budaya Casual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, Football Factory dan Green Street. Meskipun beberapa pakaian sederhana terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, dengan ciri khas logo kompas. Label pakaian lainnya yang terkait dengan pakaian kasual di tahun 2000-an : Barbour, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Henri Lloyd, CP Company, Lambretta, One True Saxon, Fake London Genius, Ralph Lauren, Lacoste, Prada, Façonnable , 6876, Hugo Boss, Maharishi dan Bebek Mandarina Duck.





Jumat, 15 April 2011

7 Hooligan Inggris Yang Paling Berbahaya

Millwall Bushwackers
mereka adalah supporter fanatik klub sepakbola millwal. Nama bushwackers mereka ambil dari "plesetan" nama penyerbuan ketika perang saudara di amerika. Dan nggak ada yang mau cari gara-gara dengan hooligan satu ini. Mereka bahkan punya senjata khusus yang dirancang sendiri untuk menyerang supporter lawan, mereka menyebutnya dengan "the millwal brick".

Pada puncak kegiatan mereka di 1980-an, bushwackers kerap membuat ulah serius selama pertandingan, dan bertanggung jawab atas beberapa kerusuhan terburuk dalam sepakbola inggris. Dan mereka bangga dengan kelakuannya itu.

Walaupun setelah itu mereka tidak "segarang" sebelumnya, namun 2 supporter wolverhampton tewas dibuatnya. Ditusuk oleh pisau stanley. Sementara di tahun 2002 lebih banyak lagi pertumpahan darah ketika malam pertandingan play off versus birmingham city. Polisi menggambarkan kejadian malam itu sebagai kekerasan terburuk dan menjadi reputasi bushwackers yang tidak akan tertandingi.





Birmingham Zulus




Kembali ke tahun 70-an, teriakan "zulu, zulu!" dijalanan birmingham hanya memiliki arti ; ksatria zulu, birmingham city yang terbaik dan provokasi untuk menantang bertempur.

Dikenal karena anggotanya yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, hooligan satu ini adalah salah satu yang paling ditakuti era 80-an - dan mereka tetap penyebab utama kerusuhan. Bentrokan kekerasan seringkali terjadi dengan pendukung klub rival aston villa pada hari derby, dan zulu yang dikenal keras mempertahankan wilayah mereka dari serangan hooligan lain.

Di antara sekian banyak insiden yang dipicu oleh ksatria zulu ini adalah serangkaian kerusuhan di cardiff pada tahun 2001 yang menyebabkan satu pub hancur, satu orang diserang dan sembilan lagi dibawa ke rumah sakit.

Kemudian pada tahun 2006, sekitar 200 fans birmingham merobohkan pagar yang memisahkan mereka dari fans stoke setelah pertandingan piala fa, perang pun pecah, dan polisi tidak luput dari serangan zulu. Seorang perwira senior menggambarkan kerusuhan ini sebagai "kekerasan ekstrim".





Aston Villa Hardcore




Hooligan terkenal lainnya yang berbasis di birmingham adalah aston villa hardcore. Berafiliasi dengan klub aston villa atau dikenal sebagai the villains. Dan reputasi mereka juga tidak kalah sengitnya dibanding rival sekotanya.

Pada "pertempuran rocky lane" pada tahun 2002 menyebabkan beberapa gangguan serius di daerah aston setelah pertandingan antara villa dan birmingham city yang menyebabkan penangkapan 15 orang hooligan.

Kemudian pada tahun 2005, anggota hooligan, steven fowler, yang telah dipenjarakan selama enam bulan dalam perang tahun 2002, harus kembali mendekam di penjara untuk 12 bulan kemudian karena terlibat dalam serangan terorganisir antara hardcore villa dan headhunter chelsea di king's london's cross tahun 2004.

Juga pada tahun 2004, beberapa hooligan villa terlibat dalam pertempuran dengan fans quens park ranger di luar villa park di mana seorang pramugara meninggal ketika menyeberang jalan.





Inter City Firm




Sekelompok hooligan yang aktif dari tahun 1970an sampai tahun 1990, yang mereka menamainya dengan inter city firm (icf). Supporter fanatik dari klub london, west ham united.

Dinamakan inter city sesuai dengan nama kereta yang mereka pakai untuk menyaksikan pertandingan away. Inter city firm mempunyai kebiasaan unik dimana mereka meninggalkan kartu di tubuh lawan yang mereka serang dengan tulisan yang tertera: "selamat, anda baru saja bertemu dengan icf."

meskipun sama-sama menyukai kekerasan, cass pennant, seorang yang berpengaruh di icf menyatakan icf berbeda dengan hooligan lainnya yang umumnya mereka rasis dan berhaluan neo-nazi. Namun tetap saja mereka bukanlah teman-teman yang baik.

Banyak contoh ekstrim perilaku kekerasan mereka telah didokumentasikan, bentrokan sering terjadi dengan hooligan saingannya bushwackers millwall.





57 crew




Dihubungkan dengan tim liga utama inggris portsmouth fc, dan dinamai berdasarkan waktu kereta yang membawa mereka ke stasiun waterloo london pada hari sabtu yaitu pukul 06:57. 6,57 crew adalah salah satu kumpulan hooligan terbesar selama tahun 1980-an, dan telah menyebabkan kekacauan di seluruh negeri.

Pada tahun 2001, mereka bertempur dengan fans coventry city di kandang conventry, merobek kursi dan melemparkan "molotov" ke lawan mereka.

Pada tahun 2004, 93 anggota mereka ditangkap - termasuk anak 10 tahun yang menjadi hooligan termuda dalam sejarah hooliganisme inggris - mereka berulah dan memulai kerusuhan massa sebelum dan setelah pertandingan melawan saingan southampton, di mana polisi diserang dan toko-toko dijarah.

Lebih dari seratus hooligan portsmouth dilarang bepergian ke piala dunia 2006 di jerman karena dinyatakan bersalah atas kejahatan yang berhubungan dengan sepak bola.





The Red Army




Manchester united adalah salah satu klub sepakbola terbesar dengan permainan yang indah, sehingga supporter fanatik mereka, the red army, dapat dikatakan memiliki jumlah terbesar dengan tingkat hooliganisme tinggi di britania.

Sementara nama the red army juga digunakan untuk merujuk kepada fans man united pada umumnya, pada pertengahan 70-an nama itu menjadi identik dengan beberapa insiden menentukan dalam hooliganisme inggris.

Bentrokan massal terekam pada tahun 1985. Kala itu the red army berseteru dengan hooligan west ham disekitaran kota manchester.





Chelsea Headhunters




Dihubungkan dengan klub kota london, chelsea, headhunters merupakan klub hooligan rasis yang juga kadang di kaitkan dengan front nasional dan paramiliter combat 18.

Pada 1999, headhunter telah disusupi oleh seorang reporter bbc yang menyamar sebagai anggota tapi punya tato singa yang salah (fans berat chelsea pasti tau logo singa chelsea) - kesalahan berisiko yang membuat geram para headhunters.

Mantan pimpinan headhunters, kevin whitton, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 1985 setelah melakukan suatu serangan yang dianggap sebagai salah satu insiden hooliganisme sepak bola terburuk yang pernah ada di inggris. Ketika itu chelsea mengalami kekalahan, whitton dan lainnya masuk ke sebuah bar sambil berteriak, "perang, perang, perang!!". Beberapa menit kemudian manager bar yang berasal dari amerika tersungkur sekarat dan seorang hooligan berteriak kepadanya, "kalian orang amerika datang ke sini dan mengambil pekerjaan kami!"

ASAL-USUL HOOLIGANISME


Istilah hooliganisme muncul sejak akhir abad ke 19, tepatnya pada 1898 di Inggris. Tak heran jika Inggris adalah gudang penghasil hooligan yang paling padat. Sementara studi mengenai suporter sepak bola dimulai akhir 1960-an. Sejak itu pula, ada kepedulian politis, sosial, dan media yang besar terhadap hooliganisme sepak bola Inggris.

Puncak aksi hooliganisme terjadi pada 29 Mei 1985 ketika suporter Liverpool menyerang suporter Juventus dalam final Champions Cup di Stadion Heysel, Brussel, Belgia. Peristiwa ini bermula dari pendukung masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Kemudian, para pendukung Juventus mulai melemparkan kembang api ke arah pendukung Liverpool. Huru-hara pun meledak. Akibat peristiwa itu, 39 orang tewas mengenaskan.

Kisah-kisah kekerasan hooligan terus mewarnai dunia sepak bola, termasuk dalam pertandingan derby. Di Skotlandia, yang paling sering terjadi adalah perang antar-suporter Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Celtic adalah klub yang dianggap mewakili agama Katolik, sedangkan Rangers mewakili Protestan.

Masing-masing hooligan siap bertaruh nyawa. Suporter Rangers sering menamakan diri Billy Boys, yakni geng yang menghabisi umat Katolik Glasgow semasa Perang Dunia I dan II. Akibatnya, derby kedua klub ini selalu panas. Pendukung kedua klub pun sering terlibat bentrok sebab setiap Celtic dan Rangers bertanding, olok-olokan suporter saling menyerang identitas agama kedua pihak.

Di Italia, pertandingan derby Inter Milan versus AC Milan disebut-sebut sebagai perang kaum miskin (Milan) melawan kaum kaya (Inter). Konteks yang sama terjadi pula di Turki. "Derby Istanbul" yang memertemukan Fenerbahce versus Galatasaray adalah pertandingan yang dianggap sebagai perang kaum miskin (Fenerbahce) versus aristokrat (Galatasaray).

Sejarah Hooligan



Konon, dalam dunia sepak bola tidak dikenal latar belakang sosial. Di dalam sepak bola hanya ada satu agama, budaya, suku, dan ras. Akan tetapi, tidak selamanya sepak bola berhasil menyatukan para penggemarnya. Fanatisme berlebihan yang ditunjukkan para suporternya membuat wajah sepak bola menjadi garang dan sangat mengerikan. Dari fanatisme kemudian lahir bibit-bibit hooligan, yaitu manusia-manusia agresif dan brutal bila tim kesayangan yang digadang-gadang untuk menang menjadi pecundang. 

Bagi penggila sepak bola, istilah hooligan bukanlah kosa kata asing lagi. Sebutan hooligan merujuk pada fans fanatik Inggris yang hampir di setiap pertandingan berbuat ulah, ricuh dan rusuh. Dalam banyak kasus, terlebih saat Inggris mengalami kekalahan dalam pertandingan tandang maupun di kandang sendiri, hooligan kerap berurusan dengan kepolisian karena tidak menunjukkan perilaku sportif yang berujung anarkistis.

Jika melihat tampilan para hooligan, dalam keadaan biasa, memang lucu kelihatannya. Namun, begitu mereka beraksi, tak ada lagi yang patut ditertawakan. Mereka suka mabuk-mabukan, muntah, dan kencing sembarangan. Berkelahi dengan siapa saja yang dijumpainya, terutama terhadap pendukung musuh kesebelasannya. Polisi pun tidak segan dilabrak. 

Penyakit hooliganisme tersebut kini menular ke seluruh penjuru dunia, mulai dari daratan Eropa, ujung Afrika, pedalaman Cina hingga pelosok Indonesia. Bahkan, hooliganisme di negeri ini selain mendorong anarkisme di dalam stadion, juga menyulut banalisme di luar stadion. 

Kisah kekerasan suporter bola, termasuk di Indonesia, melahirkan tanda tanya besar di benak kita: ada apa dengan sepak bola dan suporternya? Sejak kapankah hooligan muncul dalam dunia sepak bola? Buku The Land of Hooligans ini secara lugas mengisahkan sejarah para perusuh sepak bola di berbagai negara. Penulis juga berusaha mengurai variabel sosial yang melingkari seluk-beluk hooliganisme. 

Ini hanya satu di antara puluhan buku, atau bahkan ratusan buku, yang pernah ditulis mengenai kekerasan suporter sepak bola. Tapi, buku ini punya keistimewaan sebab mencatat kronik sejarah secara detail dan mengungkap sisi-sisi terdalam yang tidak pernah ditulis sebelumnya.